Langsung ke konten utama

RPP Larutan Penyangga


STANDAR KOMPETENSI

Kompetensi Dasar
Indikator
Materi
Menyelidiki sifat larutan penyangga dan menerapkannya untuk menjelaskan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan kehidupan sehari - hari
·         Mengukur pH larutan penyangga dan bukan penyangga setelah ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau pengenceran
·         Menurunkan persamaan untuk menentukan H+ atau OH- suatu larutan penyangga
·         Menghitung pH atau pOH larutan penyangga dengan menggunakan prinsip kesetimbangan
·         Menghitung pH larutan penyangga pada penambahan sedikit asam, sedikit basa, atau pengenceran
·         Menyimpulkan pengertian dan peranan larutan penyangga berdasarkan hasil pengukuran
·         Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan kehidupan sehari - hari
Larutan penyangga




 SILABUS
Standar Kompetensi       : 1. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya
Kompetensi Dasar           :1.1 Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup
1.2 Menggunakan kurva perubahan harga pH pada titrasi asam-basa untuk menjelaskan larutan penyangga dan hidrolisis
Alokasi Waktu                   : 4 jam pelajaran

Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber bahan
Atau alat
1.    Larutan Buffer













2.    pH larutan buffer

3.    Fungsi larutan buffer
·      Merancang dan melakukan percobaan untuk menganalisis larutan buffer melalui demonstrasi di depan kelas
·      Menyampaikan sifat larutan buffer dan bukan buffer





·      Menghitung pH atau pOH larutan buffer melalui diskusi
·      Melalui diskusi kelas menjelaskan fungsi atau peranan larutan buffer dalam tubuh makhluk hidup dan kehidupan sehari-hari
·      Menganalisis larutan buffer dan bukan buffer melalui percobaan
·      Menghitung pH atau pOH larutan buffer









·         Menghitung pH larutan buffer setelah ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau pengenceran
·         Menjelaskan fungsi larutan buffer dalam tubuh makhluk hidup dan kehidupan sehari-hari
·      Keaktifan siswa
·      LKS
·      Tugas Kelompok (Pekerjaan Rumah)
2 jam pelajaran
·     Sumber: Buku
·     Bahan: LKS
·     Alat dan bahan percobaaan:
Alat:
Labu erlenmeyer 100mL pipet tetes
silinder ukur      
Tabung reaksi   
Botol semprot  
Bahan:
Larutan HCl 0,1M
Larutan NaOH 0,1M
Larutan CH3COOH 0,1M
Larutan CH3COONa 0,1M
Larutan NH4Cl 0,1M
Larutan NH3 0,1M
Aquades
Indikator universal








 





























































I.  Standar Kompetensi
Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

II.  Kompetensi Dasar
                                                Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup

III. Indikator
1.      Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan
2.      Menguji pH larutan penyangga sebelum dan sesudahditambahan sedikit asam, sedikit basa atau dengan pengenceran

IV. Tujuan Pembelajaan
Setelah melakukan kegiatan ini diharapkan peserta didik mampu:
1.      Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan
2.      Menguji pH larutan penyangga sebelum dan sesudah ditambahan sedikit asam, sedikit basa atau dengan pengenceran

V.  Materi Pembelajaran
A.  Materi Prasyarat:
1.      Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry
Dasar teorinya adalah pertukaran proton (H+). Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah spesi proton,  sedangkan basa spesi yang menerima  proton pada suatu reaksi pemindahan proton. Ion hidroksida tetap berlaku sebagai basa karena ion hidroksida menerima ion hidrogen dari asam dan membentuk air. Asam menghasilkan ion hidrogen dalam larutan karena asam bereaksi dengan molekul air melalui pemberian sebuah proton pada molekul air.




 
Suatuasam, setelah melepas satu proton  akan membentuk spesi basa konjugasi dari asam itu karena basa tersebut dapat menyerap proton.



 

Suatu basa, setelah menyerap satu proton akan membentuk spesi asam konjugasi dari basa tersebut.

2.      Teori Asam-Basa Arrheniuss
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+ .
Dengan kata lain pembawa sifat asam adalah ion H+. Asam Arhenius dapat dirumuskan sebagai HxY dan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut: 
Contoh:
HCl (aq) + H2O (l) → H+(aq) + Cl-(aq)

Basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH-.Dengan kata lain pembawa sifat asam adalah ion OH-. Basa Arrhenius merupakan hidroksi logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x.

B.  Materi yang dikembangkan
      1.   Pengertian Larutan Penyangga

l          
Ø  Penambahan 0,1 mL larutan HCl 0,1 M ke dalam 1 L air suling mengubah pH-nya dari 7 menjadi 4.

Ø  Bila larutan HCl yang sama banyaknya ditambahkan ke dalam 1 L air laut, perubahan pH-nya lebih kecil, yaitu dari 8,2 menjadi 7,6.

Ø  Larutan yang seperti air laut inilah yang merupakan larutan penyangga karena dapat mempertahankan nilai pH. tertentu.
 
 

















Larutan penyangga disebut juga larutan buffer atau larutan dapar. Jika dilihat dari komponen penyusunnya, larutan penyangga merupakan campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam konjugasinya.

Larutan penyangga merupakan larutan yang memiliki sifat dapat mempertahankan atau relatif tidak merubah nilai pH dengan adanya penambahan sedikit asam, sedikit basa  maupun pengenceran.

2. Jenis-jenis Larutan Penyangga
a.        Larutan Penyangga Bersifat Asam
Larutan penyangga yang bersifat asam terbentuk dari suatu asam lemah dan basa konjugasinya. Apabila larutan ini ditambahkan dengan sedikit asam atau basa maupun diencerkan, maka pH larutan ini relatif tidak berubah dan tetap bersifat asam (pH <7). Sehingga, larutan ini dapat berfungsi sebagai larutan penyangga atau buffer.
Salah satu komponen pembentuk larutan penyangga yang bersifat asam adalah asam lemah, misalnya CH3COOH, bila dilarutkan dalam air akan sedikit terionisasi. Reaksinya adalah sebagai berikut:

   CH3COOH (aq)                   CH3COO- (aq)  +  H+(aq)

Pada reaksi di atas, CH3COOH merupakan suatu asam lemah, dengan basa konjugasi CH3COO-.
Komponen lain yang membentuk larutan penyangga yang bersifat asam adalah basa konjugasi. Basa konjugasi ini dapat berasal dari garam basa, misalnya CH3COONa, CH3COOK atau (CH3COO)2Ba yang diperoleh dari reaksi antara asam lemah dengan basa kuat.
Contoh:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq)                    CH3COONa(aq) + H2O(l)
asam lemah        basa kuatgaram basa

Di dalam larutannya, suatu garam basa misalnya CH3COONa, akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionnya membentuk basa konjugasi kembali. Sehingga, garam basa ini merupakan suatu spesi yang bertindak sebagai basa konjugasi dari suatu asam lemah. Reaksinya adalah sebagai berikut:
CH3COONa (aq)                         Na+(aq) + CH3COO-(aq)
Dengan demikian, suatu larutan penyangga yang bersifat asam merupakan campuran dari:
·         Asam lemah dengan garamnya yang berasal dari basa kuat.
HA          +         LA
            Asam lemah          garam basa

Contoh:
-          HCN + NaCN
-          CH3COOH + CH3COONa

·         Asam lemah dengan basa kuat, dimana jumlah asam lemah dibuat berlebih. Sehingga pada keadaan setimbang dalam larutan tersebut terdapat sisa asam lemah dengan garamnya yang berasal dari basa kuat.
HA      +     LOH                     LA          +   H2O
  asam lemah   basa kuat               garam basa
Contoh:
-      100 mL HF 0,1 M + 50 mL NaOH 0,1 M
-      0,1 mol HCN + 0,05 mol KOH
·         Garam-garam yang berasal dari asam poliprotik
Contoh:
NaH2PO4(aq) + Na2HPO4 (aq)
Di dalam larutannya, garam-garam tersebut akan terionisasi menjadi:
 NaH2PO4 (aq)                   Na+(aq)     +  H2PO4-(aq)
 Na2HPO4 (aq)                   2Na+(aq)  +  HPO42-(aq) 

Catatan: H2PO4- merupakan spesi asam dan HPO42- merupakan spesi basa konjugasi dari H2PO4-. 

b.        Larutan Penyangga Bersifat Basa
Larutan penyangga yang bersifat basa terbentuk dari basa lemah dan asam konjugasinya. Apabila larutan ini ditambahkan dengan sedikit asam atau basa maupun diencerkan, maka pH larutan ini relatif tidak berubah dan tetap bersifat basa (pH >7). Sehingga, larutan ini dapat berfungsi sebagai larutan penyangga atau buffer.
Salah satu komponen pembentuk larutan penyangga bersifat basa adalah basa lemah. Suatu basa lemah, misalnya NH3. Bila NH3 dilarutkan dalam air maka akan sedikit terionisasi. Reaksinya adalah sebagai berikut:
   NH3 (aq)  + H2O(l)                   NH4+(aq) + OH-(aq)
Pada reaksi di atas, NH3 merupakan suatu basa lemah, dengan asam konjugasinya yaitu NH4+.
Komponen lain pembentuk larutan penyangga bersifat basa adalah asam konjugasi. Asam konjugasi ini dapat berasal dari garam asam, misalnya NH4Cl, NH4­Br atau (NH4)2SO4 yang diperoleh dari reaksi antara basa lemah dengan asam kuat.
Contoh:
  NH3 (aq)  + HCl(aq)                 NH4Cl(aq)
 basa lemah     asam kuat              garam asam
Di dalam larutannya, suatu garam asam misalnya NH4Cl, akan terionisasi menjadi ion-ionnya membentuk asam konjugasi kembali. Sehingga, garam asam ini merupakan suatu spesi yang bertindak sebagai asam konjugasi dari suatu basa lemah. Reaksinya adalah sebagai berikut:
  NH4Cl (aq)              NH4+ (aq)   +    Cl-(aq)
Dengan demikian, suatu larutan penyangga yang bersifat basa merupakan campuran dari:
·         Basa lemah dengan garamnya yang berasal dari asam kuat.
LOH          +       LA
    basa lemah    garam asam
Contoh:
- NH3 + NH4Cl
- NH3 + NH4Br
·         Basa lemah dengan asam kuat, dimana jumlah basa lemah dibuat berlebih. Sehingga pada keadaan setimbang dalam larutan tersebut terdapat sisa basa lemah dengan garamnya yang berasal dari asam kuat.
OH      +     HA                       LA          +   H2O
               basa lemah         asam kuat               garam asam 
Contoh:
- 100 mL NH3 0,1 M + 50 mL HCl 0,1 M
- 0,1 mol NH3 + 0,05 mol H2SO4

3.    Cara Kerja Larutan Penyangga
Sep rti yang kita ketahui bersama bahwa terdapat dua jenis larutan penyangga, yaitu larutan penyangga bersifat asam dan larutan penyangga bersifat basa.

 
Ingat!!
Menurut Arrheniuss, asam dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menghasilkan ion hidrogen jika dilarutkan dalam air.
Contoh:
H3COOH (aq)                   CH3COO- (aq)  +  H+(aq)
Cl (aq)                  Cl- (aq)  +  H+(aq)
Basa dapat didefinisikan sebagai zat yang terdisosiasi dalam air menghasilkan ion OH- sebagai ion negatifnya.
Contoh:
H3 (aq)  + H2O(l)                   NH4+(aq) + OH-(aq)
aOH (aq)                   Na+(aq) + OH-(aq)

Suatu larutan penyangga dapat mempertahankan pHnya dengan cara menghilangkan ion Hidrogen, H+ atau ion hidroksida, OH- ketika ditambahkan sedikit asam atau basa.

a.        Larutan Penyangga Bersifat Asam
Untuk mengetahui bagaimana larutan penyangga bersifat asam dapat mempertahankan pH, mari kita perhatikan contoh berikut:

Contoh:
Larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO-

Asam asetat merupakan asam lemah, bila dilarutkan dalam air maka akan terionisasi sebagian membentuk suatu kesetimbangan seperti ditunjukkan oleh persamaan reaksi berikut:
CH3COOH (aq)   CH3COO- (aq)  +  H+(aq)
Untuk membentuk larutan penyangga, maka larutan CH3COOH ini ditambahkan dengan basa konjugasinya yaitu ion asetat, CH3COO-, yang berasal dari garamnya seperti natrium asetat, CH3COONa. Hal ini mengakibatkan kesetimbangan bergeser kearah pereaksi.

Akibatnya, larutan tersebut akan mengandung:
·         Sejumlah asam asetat, CH3COOH, yang tidak terionisasi
·         Sejumlah ion asetat, CH3COO-, yang berasal dari garamnya
·         Jumlah ion hidrogen, H+ yang lebih banyak daripada ion OH- membuat larutan ini bersifat asam
·         Sejumlah ion Na+ yang berasal dari CH3COONa dan air, namun keberadaannya tidaklah penting.      

Penambahan Asam
Penambahan Asam ke dalam air murni akan menyebabkan pH turun secara drastis. Untuk menghindari hal tersebut, suatu larutan penyangga harus menghilangkan ion Hidrogen baru yang berasal dari penambahan Asam.
Ion Hidrogen, H+, yang ditambahkan akan menggeser kesetimbangan ke arah pereaksi. Oleh karena itu, agar pH larutan penyangga tidak turun secara drastis maka ion Hidrogen ini akan berikatan dengan komponen basa dalam larutan, yaitu CH3COO- membentuk CH3COOH.
H3COO- (aq)  +  H+(aq)             CH3COOH (aq)
Sebagian besar ion H+ akan dihilangkan melalui reaksi ini sehingga pH larutan tidak akan berubah secara drastis. Meskipun demikian, karena reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan, pH larutan akan sedikit berubah.

Mekanisme penambahan asam ke dalam larutan penyangga ditunjukkan sebagai berikut:                                       
 

Penambahan Basa
Jika larutan penyangga ditambahkan suatu basa, maka ion OH- yang berasal dari basa harus dihilangkan dengan cara bereaksi dengan komponen asam dalam larutan penyangga yaitu CH3COOH maupun ion H+. Proses penghilangan ion OH- ini sedikit rumit karena dapat bereaksi dengan kedua komponen asam dalam larutan penyangga.
*      Penghilangan ion OH- melalui reaksi dengan asam asetat
Saat basa ditambahkan, ion OH- dari basa akan dinetralkan oleh H+ dari asam asetat dalam larutan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
H-(aq) + CH3COOH (aq)                  CH3COO- (aq)  +  H­2O(l)
 asam lemah                         basa kuat
Oleh karena CH3COOH merupakan asam lemah, basa konjugasinya, yaitu ion CH3COO- dapat mengambil H+ dari molekul air untuk kembali membentuk molekul CH3COOH .
Sebagian besar ion OH- telah dihilangkan sehingga perubahan pH larutan tidak akan terlalu besar.

*      Penghilangan ion OH- melalui reaksi dengan ion H+
Ingat bahwa larutan penyangga yang kita miliki bersifat asam, artinya mengandung ion H+ yang cukup, yang berasal dari ionisasi asam lemah, asam asetat. Reaksinya: 
H3COOH (aq)                       CH3COO- (aq)  +  H+(aq)
Kesetimbangan bergeser ke arah hasil pereaksi untuk
menggantikan ion H+ yang diikat oleh OH-


 


H3COOH (aq)            CH3COO- (aq)  +  H+(aq)
                                                            Ion H+ berikatan dengan
ion OHmembentuk H­2O
Ion H+ dapat bergabung dengan OH- membentuk HO. Akibatnya kesetimbangan akan bergeser kearah hasil pereaksi, ion H+ yang hilang kembali digantikan. Ini terus belangsung sampai ion Hidroksida hilang.
Seperti penjelasan sebelumnya, karena sistemnya merupakan sistem kesetimbangan, tidak semua ion Hidroksida dihilangkan, hanya sebagian besar saja.
Untuk memudahkan dalam memahami pengaruh penambahan asam atau basa ke dalam larutan penyangga, perhatikan gambar berikut.



 










Keterangan:
Larutan penyangga yang terdiri atas campuran Asam Lemah dan Basa Konjugasinya.
(a)   Ketika ditambahkan basa, konsentrasi HX menurun dan konsentrasi X- meningkat
(b)   Ketika ditambahkan asam, konsentrasi X- menurun dan konsentrasi HX meningkat

b.        Larutan Penyangga Bersifat Basa
Untuk mengetahui bagaimana larutan penyangga bersifat basa dapat mempertahankan pH, mari kita perhatikan contoh berikut:

Contoh:
Larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+                              

Amonia merupakan basa lemah, bila dilarutkan dalam air maka akan terionisasi sebagian membentuk suatu kesetimbangan seperti ditunjukkan oleh persamaan reaksi berikut:
NH3 (aq)  + H2O(l)                     NH4+(aq) + OH-(aq)
Untuk membentuk larutan penyangga, maka larutan NH3 ini ditambahkan dengan basa konjugasinya yaitu ion amonia, NH4+, yang berasal dari garamnya seperti amonium klorida, NH4Cl. Hal ini mengakibatkan kesetimbangan bergeser kearah pereaksi.
Akibatnya, larutan tersebut akan mengandung:
·         Sejumlah amonia, NH3, yang tidak terionisasi
·         Sejumlah ion amonia, NH4+, yang berasal dari garamnya
·         Jumlah ion hidroksida, OH- yang lebih banyak daripada ion H+ membuat larutan ini bersifat basa
·         Sejumlah ion Cl- yang berasal dari NH4Cl dan air, namun keberadaannya tidaklah penting.

Penambahan Basa
Penambahan basa ke dalam air murni akan menyebabkan pH larutan naik secara drastis. Untuk menghindari hal tersebut, suatu larutan penyangga harus menghilangkan ion hidroksida baru yang berasal dari penambahan basa.
Ion hidroksida, OH-, yang ditambahkan akan menggeser kesetimbangan ke arah pereaksi. Oleh karena itu, agar pH larutan penyangga tidak naik secara drastis maka ion hidroksida ini akan berikatan dengan komponen asam dalam larutan, yaitu NH4+  membentuk NH3.
 NH4+ (aq)  +  OH-(aq)                NH3 (aq)  + H2O(l)
Sebagian besar ion OH- akan dihilangkan melalui reaksi ini sehingga pH larutan tidak akan berubah secara drastis. Meskipun demikian, karena reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan, pH larutan akan sedikit berubah.

Penambahan Asam
Jika larutan penyangga ditambahkan suatu asam, maka ion H+ yang berasal dari asam harus dihilangkan dengan cara bereaksi dengan komponen basa dalam larutan penyangga yaitu NH3 maupun ion OH-. Proses penghilangan ion H+ ini sedikit rumit karena dapat bereaksi dengan kedua komponen basa dalam larutan penyangga.

*      Penghilangan ion H+ melalui reaksi dengan amonia
Saat asam ditambahkan, ion H+ dari asam akan dinetralkan oleh OH- dari amonia dalam larutan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
NH3 (aq)  + H+(aq)                     NH4+(aq)
Sebagian besar, tetapi tidak seluruhnya ion H+ dapat dihilangkan. Ion amonium merupakan asam lemah dan sebagian dari ion H+ akan dilepaskan kembali.

*      Penghilangan ion H+ melalui reaksi dengan ion OH-
Ingat bahwa dalam larutan, tersedia ion-ion hidroksida yang berasal dari reaksi dari amonia dan air.
H3 (aq)  + H2O(l)                      NH4+(aq) + OH-(aq)
Kesetimbangan bergeser ke arah hasil pereaksi untuk
menggantikan ion OH- yang diikat oleh H+



 


H3 (aq)  + H2O(l)                   NH4+(aq) + OH-(aq)                                         
Ion H+ berikatan dengan
ion OHmembentuk H­2O

Ion H+  dari asam dapat bergabung dengan OH- membentuk HO. Ketika ini terjadi, kesetimbangan akan bergeser ke arah hasil pereaksi untuk mengganti ion hidroksida yang diikat oleh ion hidrogen. Namun demikian, tidak seluruh ion hidrogen dapat dihilangkan, hanya sebagian besar saja.

VI.  Strategi Pembelajaran
Model                   : Inquiri
Metode                :Demonstrasi
Pendekatan          : Keterampilan proses



VII.  Langkah – langkah Pembelajaran(30 menit)
       Persiapan Pembelajaran
       Guru mengucapkan salam pada siswa
       Guru mengecek kehadiran siswa
       Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

Tahapan Kegiatan
Kegiatan
Waktu
Kegiatan awal
·         Siswa memperhatikan dua buah gambar yang disajikan oleh guru. Gambar pertama berupa es batu didalam gelas yang ditambahkan es batu lagi. Gambar kedua berupa air biasa di dalam gelas ditambahkan es batu.
·         Siswa diberi pertanyaan, pada kondisi manakah air akan lebih lama berwujud es batu?
·         Siswa memperhatikan tujuan belajar yaitu dapat membedakan larutan buffer dengan larutan lain, serta dapat menguji pH larutan buffer sebelum dan sesudah ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau pengenceran
5 menit
Kegiatan Inti
·         Siswa diberikan LKS yang berisi cara kerja dan tabel pengamatan percobaan
·         Siswa diminta untuk melakukan tugas-tugas yang ada didalam LKS selama demonstrasi dilakukan
·         Beberapa siswa diminta untuk melakukan demonstrasi di depan kelas dengan alat dan bahan percobaan yang telah dipersiapkan sebelumnya
·         Siswa melakukan demonstrasi untuk menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga
·         Siswa yang melakukan demonstrasi diminta untuk menguji pH larutan penyangga sebelum dan sesudah ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau pengenceran
·         Siswa menjelaskan apa yang terjadi jika dilakukan penambahan asam dan basa dalam jumlah yang besar terhadap perubahan nilai pH
·         Siswa yang tidak melakukan demonstrasi diminta untuk aktif mengamati dan menuliskan hasil pengamatan di Lembar Kerja Siswa (LKS)
·         Siswa secara bergiliran menjelaskan pengertian larutan penyangga
20 menit
Kegiatan Penutup
·         Siswa dibimbing untuk menyimpulkan hasil dari percobaan yang dilakukan
5 menit

VIII. Alat dan Sumber
Purba, Michael.2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga
Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga
Suyanti, Dwi Retno. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Graha Ilmu
http://www.scribd.com/doc/17743229/LarPenyangga
LKS (terlampir)

IX. Penilaian                                                                                                                          
Prosedur Penilaian
-Penilaian Kognitif
Teknik : Pertanyaan lisan dan tulisan
Instrumen: LKS (terlampir)
-Penilaian Afektif
Bentuk : Lembar pengamatan
-Penilaian Psikomotor
Bentuk : Keaktifan siswa

Lembar Pengamatan Siswa
Nama
Disiplin
Aktif
Kerjasama
Kejujuran
Etika
Rata - rata













Keterangan:
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 5
Penafsiran angka : 1. sangat kurang, 2. kurang, 3. cukup, 4. baik, 5. amat baik





LEMBAR KERJA SISWA


LARUTAN PENYANGGA
Hari/Tanggal Percobaan:

A.       Tujuan
• Membedakan larutan penyangga dan bukan larutan penyangga
• Menguji harga pH larutan penyangga

B.      Dasar Teori

Berbagai jenis larutan banyak digunakan baik untuk keperluan laboratorium, industri, maupun di rumah sakit, salah satunya adalah larutan penyangga/buffer. Dalam tubuh manusia juga terdapat campuran yang bersifat penyangga, misalnya dalam cairan intra sel, dalam darah dan sebagainya. Larutan dapat dikelompokkan menjadi larutan penyangga asam dan penyangga basa.Untuk memahamisifat dari larutan penyangga silahkan melakukan percobaan berikut:

C.       Alat dan Bahan:
Alat:
1. Labu erlenmeyer 100mL              2 buah
2. pipet tetes                                     2 buah
3. silinder ukur                                  2 buah
4. Tabung reaksi                               6 buah
  5. Borol semprot                               1 buah


Bahan:
1.      Larutan HCl 0,1M
2.      Larutan NaOH 0,1M
3.      Larutan CH3COOH 0,1M
4.      Larutan CH3COONa 0,1M
5.      Larutan NH4Cl 0,1M
6.      Larutan NH3 0,1M
7.      Aquades
8.      Indikator universal

D.     Cara Kerja
1.      Siapkan 6 tabung reaksi dan tandai dengan nomor. Isilah tabung 1 dan 2 masing-masing 2mL  aquades, kemudian tetesi dengan 2 tetes indikator universal.
2.      Pada tabung pertama tambahkan HCl 0,iM tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna. Catat jumlah tetes yang dipakai pada tabel pengamatan
3.      Pada tabung kedua tambahkan tetes demi tetes NaOH 0,1M hingga terjadi perubahan warna. Catat jumlah tetes yang digunakan pada tabel pengamatan
4.      Isilah tabung reaksi 3 dan 4 masing-masing dengan campuran 1mL larutan CH3COOH 0,1M dan 1mL larutan CH3COONa 0,1M. Tetesi masing-masing campuran dengan 2 tetes indikator universal.
5.      Pada tabung ketiga tambahkan larutan HCl tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna yang sama dengan pada tabung nomor 1. Catat jumlah tetes yang diperlukan pada lembar pengamatan.
6.      Pada tabung nomor 4 tambahkan larutan NaOH 0,1M tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna yang sama dengan pada tabung nomor 2. Catat jumlah tetes yang diperlukan pada lembar pengamatan.
7.      Isilah tabung nomor 5 dan 6 masing- masing dengan campuran larutan NH3 0,1M dan NH4Cl 0,1M. Tetesi masing-masing dengan 2 tetes indikator universal.
8.      Lakukan seperti langkah 5 dan 6 terhadap tabung nomor 5 dan 6. 

Tabel Pengamatan
No. Tabung

Isi Tabung
Ion yang terdapat
Dalam tabung
Larutan yang
ditambahkan
Volum yang
Diperlukan sampai
Warna berubah
1




2




3




4




5




6






E.      Pertanyaan
1.      Dari hasil pengamatan, larutan pada tabung nomor berapakah yang harga pH nya sukar berubah?
2.      Ion-ion manakah dalam larutan tersebut yang berfungsi sebangai penyangga?
3.      Deskripsikan larutan penyangga!




















Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Tanggal percobaan : 16 april 2010 PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETER UV-VIS   A.     Tujuan 1.     Menentukan kadar Fe(II) dalam sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. 2.     Dapat mengoperasikan alat spektrofotometer UV-VIS                                                         B.      Tinjauan Pustaka Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual dalam studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia, memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam perincian dan pengukuran kuantitatif. Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam sua

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Karbohidrat dalam Air Tebu

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT DALAM AIR TEBU Tanggal Praktikum: Awal: 7 oktober 2010 Selesai: 14 oktober 2010 A.       Tujuan 1.       Memahami sifat-sifat kimia karbohidrat 2.       Mengidentifikasi jenis karbohidrat dalam air tebu 3.       Menentukan kadar karbohidrat yang terdapat dalam sampel bahan alam yaitu air tebu dengan menggunakan metode Luff Schoorl B.        Dasar teori Karbohidrat merupakan senyawa polihidroksiketon atau polihidroksialdehid yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat sangatlah beragam sifatnya. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat adalah tipe molekulnya. Berbagai senyawa yang termasuk karbohidrat mempunyai berat molekul yang berbeda yaitu dari senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga 50.000 bahkan lebih.   Berbagai senyawa tersebut digolongkan menjadi tiga golongan yaitu golongan monosakarida, disakarida dan polisakarida.   Monosakarida     Monosakarida adalah karboh

Isu – isu yang terkait dengan layanan Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai alat untuk memimpin umat manusia yang semakin bertambah jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan sesuai dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal adanya Bimbingan dan Konseling dalam kehidupan sehari-hari, maka akan kesulitan menentukan tugas – tugas perkembangan, memecahkan masalah dan menentukan rencana hidup untuk masa yang akan datang guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik. B.  Pembatasan Masalah Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalahnya sebagai berikut: a.  Pengertian dan fungsi layanan Bimbingan dan Konseling. b.  Jenis – jenis Bimbingan dan Konseling. c. Tujuan diberikannya layanan Bimbingan dan Konseling. C.   Tujuan Penulisan Makalah