Langsung ke konten utama

PENDEKATAN SEJARAH


KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan hidayah-Nya  sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “ PENDEKATAN SEJARAH ” ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari halangan dan rintangan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya semua halangan dan rintangan tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih terutama kepada:
1.    Tim Dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Kimia yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk mengkaji materi ini.
2.    Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan informasi sebagai sumber inspirasi kami.
3.    Orang tua yang telah memberikan dorongan baik secara moril dan materil.
4.    Sumber-sumber pustaka dan media informasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan–perbaikan di masa yang akan datang.


Bandung,   Januari  2009



Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................
1.4 Metode Penulisan.....................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................       
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1 Pengertian Pendekatan Sejarah................................................................
2.2 Ciri-ciri Pendekatan Sejarah...........................................................       
            2.3 Tujuan Pendekatan Sejarah........................................................................ .........
            2.4  Pendekatan Sejarah dalam Kegiatan Pembelajaran Kimia........................ .........
            2.5  Keunggulan Pendekatan Sejarah............................................................... .........
            2.6  Kelemahan Pendekatan Sejarah................................................................ .........
BAB III PENUTUP.................................................................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................      









                BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran diperlukan strategi pembelajaran yang tepat guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaranagar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih kondusif dan terarah. Pada dasarnya, relevansi strategi pembelajaran dalamkegiatan pembelajaran lebih ke arah pencapian tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran yang pencapaiannya diusahakan pada pengetahuandan keterampilan disebut instructional effect. Adapun tujuan pembelajaran yang pencapaiannya diusahakan pada kemampuan berpikir iritis dan kreatif disebut nurturant effect (Anitah, dkk, 2007). Untuk mencapai tujuan pembelajaran harus dipilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang diajarkan. Oleh karena itu, proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman relajar.
Seperti telah disebutkan bahwa kegiatan pembelajaran di kelas tidak hanya ditentukan oleh didaktik-metodik apa yang digunaka, tetapi juga oleh bagaimana peranan guru memilih dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman relajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar (Depdiknas, 2003).
Strategi pembelajaran mempunyai cakupan yang cukup luas karena di dalamnya terdapat berbagai pendekatan dan metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dalam pendidikan meliputi proses dan hasil pembelajaran, tetapi pendekatan pembelajaran diciptakan orang terutama lebih berorientasi pada aspek hasil pembelajaran. Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, siswa harus diposisikan sebagai pusat perhatian utama.



1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untukmemenuhi tugas yang diberikan oleh Tim Dosen Relajar dan Pembelajaran Kimia dan untuk menambah wawasan tentang pendekatan pembelajaran khususnya tentang pendekatan sejarah

1.3  Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan sejarah?
2.      Mengapa pendekatan sejarah diperlukan?
3.      Kapan pendekatan sejarah itu diperlukan?
4.      Bagaimanakah cara menerapkan metode pendekatan sejarah?
5.      Siapakah yang berperan dalam pelaksanaan metode pendekatan sejarah disekolah?

1.4  Metode Penulisan
Berdasarkan latar belakang, rumusan, dan tujuan tersebut, maka penulis menyusun metoda penulisan sebagai berikut:
·         Menentukan latar belakang masalah.
·         Menentukan rumusan masalah.
·         Mencari sumber bacaan dan referensi yang berkaitan dengan makalah ini.
·         Mencari informasi melalui internet dan buku.
·         Menyusun makalah berdasarkan sumber.

1.5  Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan Sejarah
2.2 Ciri-ciri Pendekatan Sejarah
2.3 Tujuan Pendekatan Sejarah
2.4  Pendekatan Sejarah dalam Kegiatan Pembelajaran Kimia
2.5  Keunggulan Pendekatan Sejarah
2.6  Kelemahan Pendekatan Sejarah
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Kata "sejarah" secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri sejarah disebut تاريخ (tarikh). Kata "tarikh" dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah "waktu".
Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah.
Pendekatan sejarah menjelaskan dari segi mana kajian sejarah hendak dilakukan, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkannya, dan lain sebagainya. Deskripsi dan rekonstruksi yang diperoleh akan banyak ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipergunakan. Pengetahuan akan sejarah meliputi kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berfikir secara historis.
Sejarah kimia dapat dianggap dimulai dengan pembedaan kimia dengan alkimia oleh Robert Boyle melalui karyanya The Sceptical Chymist (1661). Baik alkimia maupun kimia mempelajari sifat materi dan perubahan-perubahannya tapi, kebalikan dengan alkimiawan, kimiawan menerapkan metode ilmiah. Sejarah kimia bertautan dengan sejarah termodinamika, terutama melalui karya Willard Gibbs.
Akar ilmu kimia dapat dilacak hingga fenomena pembakaran. Api merupakan kekuatan mistik yang mengubah suatu zat menjadi zat lain dan karenanya merupakan perhatian utama umat manusia. Adalah api yang menuntun manusia pada penemuan besi dan gelas. Setelah emas ditemukan dan menjadi logam berharga, banyak orang yang tertarik menemukan metode yang dapat merubah zat lain menjadi emas. Hal ini menciptakan suatu protosains yang disebut Alkimia. Alkimia dipraktikkan oleh banyak kebudayaan sepanjang sejarah dan sering mengandung campuran filsafat, mistisisme, dan protosains.
Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan kimia modern. Seiring berjalannya sejarah, alkimiawan-alkimiawan terkemuka (terutama Abu Musa Jabir bin Hayyan dan Paracelsus) mengembangkan alkimia menjauh dari filsafat dan mistisisme dan mengembangkan pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah. Alkimiawan pertama yang dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan membedakan kimia dan alkimia adalah Robert Boyle (1627–1691). Walaupun demikian, kimia seperti yang kita ketahui sekarang diciptakan oleh Antoine Lavoisier dengan hukum kekekalan massanya pada tahun 1783. Penemuan unsur kimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleyev pada tahun 1869.

2.2 Ciri-ciri Pendekatan Sejarah
Pendekatan sejarah dalam pembelajaran kimia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lalu
  2. Isi pelajaran kimia dikaitkan dengan sejarah dan penerapan kimia
  3. Penyusunan bahan ajar berkisar pada suatu tema atau topik yang bersangkutan dengan topik.

2.3 Tujuan Penerapan Pendekatan Sejarah
Untuk menunjukan pada siswa bahwa segala pemecahan masalah di alam itu berlangsung lambat, tingkat demi tingkat, dan kerap kali minta ketekunan dan pengorbanan.
Dari pendekatan sejarah banyak ketrampilan yang dapat diambil, diantaranya:
a.       Mengamati, yaitu melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan mengugunakan indera.
b.      Menafsirkan pengamatan, yaitu menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya.
c.       Meramalkan, yaitu prakiraan yang didasasrkan pada hasil pengamata yang reliabel.
d.      Menggunakan alat dan bahan, yaitu mengetahui konsep dan menggunakan alat dan bahan.
e.       Menerapkan konsep, yaitu menggunakan generalisasi yang telah dipelajarinya pada situasi baru, atau untuk menerangkan apa yang diamatinya.
f.       Merencanakan penelitian, yaitu merancang kegiatan yang dilakukan untuk menguji hipótesis, memeriksa kebenaran atau memperlihatkan prinsip-prinsip atau fakta-fakta yang telah diketahuinya.
g.      Mengkomunikasikan hasil penelitian, yaitu keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.
h.      Mengajukan pertanyaan, yaitu bertanya apa, mengapa, dan bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan dan pertanyaan yang berlatar hipótesis.

2.4 Pendekatan Sejarah dalam Kegiatan Pembelajaran Kimia
Penerapan pendekatan sejarah dalam kegiatan pembelajaran kimia dapat dilakukan dengan cara:
  1. Menyampaikan bahan ajar didasarkan atas metode ilmiah. Menyampaikan bahan ajar didasarkan atas metode ilmiah
a. Merencanakan eksperimen
b.Mengumpulkan hasil pengukuran
c. Hukum diturunkan sebagai hasil dari adanya keteraturan dalam suatu kumpulan data percobaan
d.            Hukum harus dapat diterangkan dengan mengajukan hipotesa.
e. Hipotesa perla di uji kebenarannya, bila persesuaian yang terus menerus ditemukan, maka: hipotesa → teori
  1. Menyampaikan bahan ajar didasarkan atas biografi para ilmuan.
Dengan mempelajari biografi para ilmuan siswa diharapkan dapat:
a.       Mengambil tauladan tentang keuletan dan ketekunan dalammelakukan penelitian.
b.      Mempunyai keinginan untuk maju walaupun banyak hambatan dan rintangan dalam hidupnya.
  1. Mengurutkan penyampaian bahan ajar didasarkan atas perkembangan secara rekapitulasi sejarah.
Berikut ini akan diberikan contoh – contoh sejarah kimia, diantaranya:

Ø  Kimia pada zaman purba
Pada zaman ini, manusia purba telah banyak mengenal  unsure – unsure kimia seperti besi (Fe), emas (Au), perak (Ag), dll yang digunakan sebagai peralatan kehidupan sehari – hari seperti senjata, perkakas, tong, bahkan juga cermin.  Selain itu, orang Mesir dan Mesopotamia juga mampu mengolah bijih logam menjadi logam dan membuat barang – barang dari keramik dan gelas.

Ø  Teori Flogiston dan Penemua  Gas – gas
Teori Flogiston yang dikemukakan oleh Stahl diawali oleh adanya gagasan dari Becher tentang proses pembakaran dalam buku Johann Joachim Becher yang berjudul “Physica Subterania” yang mencoba membuat hubungan antara fisika dan kimia serta mengemukakan pendapatnya bahwa benda – benda itu terdiri atas udara, air dan mineral. Adapun mineral terdiri atas tiga konstituen, yaitu terrapinguis, terramercurialis dan terralapida. Terrapinguis adalah bagian yang mudah terbakar, sehingga apabila logam terbakar maka terrapinguis akan hilang dan tinggallah terramercurialis dan terralapida.
Pada dasarnya, Stahl dapat menerima pendapat Becher tentang terrapinguis pada suatu benda, hanya ia memakai istilah “Flogiston”. Kata Flogiston berarti “nyala api”. Apabila suatu benda terbakar atau suatu logam dikapurkan, maka flogiston akan keluar dari benda tersebut dan diberikan kepada udara disekitarnya. Teori flogiston ini ternyata dapat digunakan untuk menerangkan beberapa fakta. Contoh logam seng larut dalam asam belerang.

Ø  Perkembangan teori atom
Pendapat tentang atom sebagai partikel pembangun semua benda dikemukakan oleh Dalton. John Dalton adalah orang pertama yang mengembangkan teori atom. Pendapat Dalton tentang atom :
·         Unsure – unsure terdiri atas partikel – partikel kecil yang tidak dapat dibagi lagi yang disebut atom
·         Dalam segala perubahan kimia, atom – atom tetap memiliki sifatnya sendiri
·         Semua atom unsure yang sama mempunyai bobot yang sama
·         Reaksi kimia adalah penggabungan atom – atom masing unsure dan perbandingannya sederhana
Gay Lussac berpendapat bahwa dalam keadaan gas, atom – atom berjauhan satu dengan yang lain sehingga bila dibandingkan dengan ruang yang ditempati oleh atom – atom sendiri, ruang antara atom – atom itu jauh lebih besar.
Avogadro mengemukakan hipotesisnya bahwa pada volume yang sama dan kondisi suhu dan tekanan yang sama, gas – gas mengandung jumlah molekul yang sama yang kemudian dikenal sebagai hokum Avogadro.
Pada tahun 1815 William Prout mengemukakan bahwa bobot ato unsure – unsure selalu merupakan bilangan bulat,  sebab tiap atom suatu unsure adalah kelipatan dari atom hydrogen. Jadi menurutnya atom hydrogen adalah atom yang universal. Hipotesis ini mendapat problema setelah ternyata bahwa bobot atom Klor ialah 35,5. Atas problema ini para pendukungnya menyatakan bahwa sebenarnya atom tiap unsure itu merupakan kelipatan dari setengah atom hydrogen atau sepersepuluh atom hidrogwn. Pwndapat ini hanyalah untuk menghindari kekeliruan hipotesis Prout sebagai akibat dari makin telitinya perhitungan harga bobot atom.

Ø  Perkembangan Elektrokimia
Orang Yunani pada zaman purba telah mengenal listrik yang ditimbulkan oleh batu ambar, apabila batu itu digosok dengan kain. Batu ambar akan bermuatan listrik (negative) dan dapat menarik benda – benda yang ringan. Kata yunani untuk batu ambar adalah “electron” dan dari kata inilah terjadi istilah “electricity” atau listrik. Batu ambar adalah sejenis batu yang terjadi dari getah pohon pinus yang telah menjadi foil, karena umurnya telah ribuan tahun, bahkan ada specimen yang telah berumur jutaan tahun. Adapun magnet adalah kata Yunani untuk batu hitam yang terdapat di magnesia Asia kecil.
            Pada tahun 1791, Luigi Glvani membedah katak yng telah mati yang terletak dimeja didekat mesin listrik. Secara kebetulan ia melihat kaki katak itu bergerak pada waktu ia menyentuhnya dengan pisau. Kejadian ini menarik perhatiannya dan eksperimen serupa dilakukan lagi dengan lebih teliti. Sebuah logam tembaga dilekatkan pada sumsum tulang belakang dan batang perak pada kaki katak. Bila kedua logam ini disentuhkan maka otot – otot katak Nampak bergerak – gerak. Dari eksperimen ini ia memperoleh kesimpulan bahwa gerakan otot ini disebabkan oleh adanya listrik yang mengalit dan ia menamakannya “listrik heman”. Listrik hewan ini dianggap bersumber pada tubuh binatang itu sendiri yang memegang peranan yang penting dalam proses fisiologi.
Pada tahun1775, alessandro volta melakukan eksperimen dengan dua batang logam yang berlainan dengan melekatkan pada saraf katak. Apabila ujung – ujung yang lain dihubungkan satu dengan yang lain maka terjadi gerakan pada katak. Ia berpendapat bahwa gerakan otot tersebut hanyalah akibat adanya arus listrik. Arus ini dapat terjadi juga apabila dua buah batang logam tadi dihubungkan dengan sebuah penghantar sebagai pengganti saraf katak. Volta menolak pendapat Galvani mengenai listrik hewan dan ia mencari sebab – sebab adanya listrik pada waktu terjadi kontak antara dua buah logam. Ia melekatkan dua buah logam satu dengan yang lain, kemudian dipisahkan lagi lalu diperiksa dengan electrometer. Ternyata yang satu meunjukkan adanya muatan listrik positif sedangkan yang lain bermuatan negative. Volta berpendapat bahwa setiap logam mempunyai “fluida listrik” dengan suatu tegangan tertentu. Pendapat fluida ini disebut “teori kontak”.
Disamping itu, johann Wilhelm Ritter mengamati apabila dua buah logam yang dilekatkan, maka dalam keadaan  basah logam yang satu lebih lekas rusak oleh korosi daripada kalau logam – logam itu terpisah. Ia berpendapat bahwa perusakan ini adalah peristiwa listrik.
Pada tahun 1807 Humphry Davy melakukan eksperiman sebagai berikut. Potas yang telah dikeringkan  dengan pemanasan, dibiarkan sebentar diuadara sehingga dapat menghantarkan arus listrik. Setelah itu ditaruh diatas cawan platina. Cawan ini dihubungkan dengan kutub negative suatu baterai (pilar volta). Sebuah kawat platina dihubungkan denga kutub positif ujungnua dikenakan pada permukaan potas cair. Dengen demikian terjadi peristiwa menggelegak pada permukaan potas yang disebabkan oleh terjadinya gas. Pada bagian bawah potas terjadi gelembung – gelembung kecil yang mengkilat seperti logam raksa. Sebagian dari gelembung ini segera terbakar dan disertai letusan, serta nyala yang terang. Sebagian lagi dilapisi oleh lapisan yang berwarna putih. Dengan peristiwa ini Davi menemukan logam Kalium dan beberapa hari kemudian Davi berhasil menemukan logam natrium dengan proses yang sama.
Pada tahun 1744, Guillaume Francois Roulle membedakan antara garam netral, garam asam dan garam basa. Lavoiser dapat menerima pendapat gurunya dan ia menyatakan bahwa asam adalah senyawa bukan logam dengan oksigen, sedangkan apa yang disebut asam sekarang dahulu dianggap asam dan air.  Baik asam maupun basa adalah oksida sehingga Lavoiser percaya bahwa semua asam mengandung oksigen.
Pada tahun 1832 Faraday membuktikan bahwa dalam proses elektrolisis jumlah zat yang diuraikan sebanding dengan kuat arus dan lamanya proses. Dengan kata lain jumlah yang diuraikan sebanding dengan kuantitas listrik yang dikenakan pada zat itu. Satu tahun kemudian ia membuktikan bahwa berat zat yang diendapkan oleh arus dengan kuantitas yang sama sebanding dengan bobot ekivalennya.
Pada tahun 1803 berzeliuz menulis suatu naskah bersama dengan Hissinger tentang elektrolisis. Kesimpulan yang mereka peroleh ialah:
·         Senyawa kimia dapat diuraikan oleh arus listrik dan komponen – komponennya terkumpul pada kutub – kutub
·         Zat yang mudah terbakar, alkali, alkali tanah, dan logam menuju ke kutub negative, sedangkan oksigen, asam dan oksida menuju ke kutub positif.
·         Banyak sedikitnya penguraian tergantung pada afinitas dan permukaan kutub – kutub dan sebanding pula dengan jumlah listrik dan daya hantar listrik.
·         Penguraian senyawa kimia pertama – tama tergantung pada afinitas komponen terhadap kutub, kedua pada afinitas komponen satu dengan yang lain dan ketiga pada daya kohesi senyawa yang terbentuk.
Barzelius mempunyai pandangan bahwa atom itu sama halnya dengan magnet mempunyai dua kutub, positif dan negative. Atom yang sama mempunyai jumlah dan intensitas  muatan yang sama pula. Sebagai contoh Klor mempunyai muatan negative pada kutubnya sedangkan alkali kelebihan muatan positif.

Ø  Perkembangan Kimia Fisika
Kimia fisika merupakan suatu ilmu yang menggunakan hokum – hokum kimia dan fisika untuk menjelaskan fenomena kimia. Pengetahuan tentang hal ini sekarang dikenal dengan nama termokimia. Sebenarnya fenomena timbulnya kalor pada reaksi kimia telah diketahui oleh Lavoiser dan Laplace dan hal ini dapat dianggap sebagai dasar perkembangan termokimia. Mereka berpendapat bahwa jumlah kalor yang timbul papa suatu reaksi itu sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh reaksi sebaliknya. Mereka juga telah mempelajari kalor jenis dan kalor laten pada sejumlah zat serta jumlah kalor yang dikeluarkan atau dihasilkan pada suatu proses pembakaran.
Termodinamika diaplikasikan oleh August Friedrich Horstmann. Ia menggunakan persamaan Claussius-Clapeyron untuk menghitung perubahan tekanan uap suatu zat cair dengan perubahan suhu. Persamaan tersebut diawali oleh adanya penjelasan secara teoritik tentang hubungan antara tekanan uap dengan suhu oleh Clapeyron. Hal ini kemudian disempurnakan oleh Classius hingga mwnjadi persamaan Classius-Clapeyron dengan mengasumsikan bahwa uap mengikuti hokum gas ideal.
Pengembangan aplikasi termodinamika dalam hubungannya dengan keseimbangan system yang heterogen telah dilakukan oleh Gibbs. Ia mengemukakan tentang aturan fasa yaitu suatu aturan mengenai system yang terdiri atas dua zat atau lebih yanf disebut fasa dan dipisahkan oleh batas – batas, misalnya zat cair dengan gas atau zat cair dengan zat padat.
Prinsip termodinamika juga dikembangkan oleh Van hoff dan Le Chatelier untuk system kesetimbangan yang homogen. Sejalan dengan perkembangan termodinamika kimia berkembang pula penelitian tentang laju reaksi kimia oleh Ludwig Wilhelmy yang meneliti untuk pertama kalinya laju reaksi inverse gula dalam air oleh asam. Laju reaksinya dapat diukur dengan mengamati perubahan sudut putar cahaya terpolarisasi dengan menggunakan polarimeter.

Ø  Perkembangan Kimia Anorganik
Perkembangan teori tentang atom selanjutnya ialah mengenai struktur atom itu sendiri, yaitu tentang bagaiman atom itu dibangun. Teori tentang strukrtur atom ini dilandasi oleh penemuan electron serta fakta adanya zat – zat yang memancarkan sinar radioaktif. Pada tahun 1859 Plucker menemukan adanya sinar katoda, pada eksperimennya, ia mengalirkan arus listrik melalui tabung yang berisi gas bertekanan rendah. Ternyata ia mengamati adanya sinar yang memancar dari katoda, dan karenya ia menamakan sinar itu sinar katoda.
Pada tahun 1879, Crookes melakukan eksperimen tentang radiasi yang terjadi pada tabung berisi udara bertekanan sangat rendah, yang sekarang disebut tabung crookes. Tabung ini terdiri atas tabung gelas yang didalamnya  dua buah elektroda, yakni katoda dan anoda. Udara yang terdapat dalam tabung dipompa keluar hingga tingkat kehampaan yang maksimal dapat dicapai pada waktu itu. Bila kedua elektroda dihubungkan dengan sumber listrik yang bertekanan tinggi, maka dari katoda terpancar sinar yang lurus menuju pada anoda. Crookes juga mengamati bahwa sinar ini dapat dibelokkan oleh medan magnet. Berdasarkan penelitiannya, ia mengemukakan bahwa sinar katoda itu berupa partikel – partikel yang bermuatan listrik negative dan bergerak dengan kecepatan yang tinggi.
Pada tahun 1895, Wilhelm Konrad Rontgen melakukan eksperimen dengan tabung crookes yang telah dikuranagi tekanan udaranya dengan pompa udara hingga sepersejuta tekanan udara normal, dan ia mengamati suatu kejadian yang tidak diduganya, yaitu Kristal Barium Platino Sianida yang terletak didekat tempat ia melakukan eksperimennya ternyata bersinar dengan terang. Atas dasar temuannya itu, ia berpendapat bahwa sinar katoda yang terjadi dalam tabung vakum itu telah mengenai anoda yang terbuat dari logam dan mengakibatkan terjadinya sinar yang memancar keluar dari tabung vakum itu. Sinar yang ditemukannya itu dinamakan sinar-X.
Pada tahun 1897, Joseph john Thomson melakukan penelitian dengan menggunakan tabung vakum seperti yang dilakukan oleh Crookes. Ia mengemukakan pendapatnya bahwa sinar katoda itu terdiri atas partikel – partikel yang amat kecil dan bermuatan listrik negative. Dengan ditemukannya sinar-X oleh rontgen pada tahun 1895, Thomson melakukan pengukuran terhadap partikel negative ini  yang ia katakana sebagai bagian dari semua jenis atom dan ia menyebutnya dengan istilah “Corpuscles”.
Dipicu oleh penemuan sinar-x oleh Rontgen, Becquerel melakukan percobaan dengan menggunakan lempeng fotografi yang dibungkus dengan kertas hitam agar tidak terkena sinar matahari, kemudian ia menempatkan sebuah Kristal material yang berfosforesensi itu memancarkan sinar yang dapat menembus kertas pembungkus dan mengenai lempeng fotografi.
Pada tahun 1902, Maria Sklodowska Curie melakukan percobaan dengan cara kristalisasi fraksional yang dapat mengisolasi garam radium. Garamnya bersifat memancarkan sinar yang dampaknya seperti sinar-X secara terus  menerus. Selain itu, radium juga memancarkan panas.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rutherford diketahui bahwa sinar radioaktif ini terdiri dari tiga macam sinar yaitu sinar α, sinar β, dan sinar γ.
Irene Curie dan jean Frederic Joliot pada tahun 1934 dalam penelitian mereka tentang partikel alpa mereka menemukan produksi radioaktivitas dari zat yang non radioaktif.
Pemikiaran tentang struktur atom diawali oleh pendapat J.J Thomson yang dikemukakan pada tahun 1898, ia berpendapat electron bermuatan negative sedangkan atom muatan listriknya netral. Jadi dalam atom harus ada muatan listrik positiv sehingga dapat mengimbangi muatan negativ dari elektron.
Pada tahun 1913 Bohr mengemukakan teori tentang struktur atom yang dapat menerangkan adanya spektrum garis serta kestabilan atom. Telah diketahui bahwa sinar atau cahaya putih misalnya cahaya matahari, adalah gabungan dari beberapa jenis cahaya. Hal ini dapat dibuktikan apabila seberkas sinar putih dilewatkan sebuah prisma, maka ia akan terurai menjadi beberapa jenis cahaya yang tampak, yaitu cahaya merah, orange, kuning, hijau, biru dan violet. Apabila sinar-sinar itu diterima pada layar, maka tampak spektrum warna yang kontinyu, arinya batas antara warna-warna tersebut tidak jelas.
Apabila eksperimen ini diulangi dengan menggunakan nyala api yang diberi suatu garam, misalnya NaCl sebagai sumber cahaya, maka yang terjadi adalah spektrum garis, yaitu terjadi garis-garis yang menunjukkan warna yang jelas. Atas dasar hasil eksperimen tadi Bohr mengemukakan pendapatnya bahwa electron dalam atom berada dalam tingkat energy tertentu.
Otto Tachenius dalam bukunya yang berjudul Hippocrates Chimicus pada tahun 1666 memberikan defenisi bahwa semua garam terdiri atas dua bagian yaitu alkali dan asam. Ia juga berpendapat bahwa asam – asam memiliki kekuatan yang berbeda – beda, asam yang kuat dapat mengusir asam yang lemah dan sabun itu adalah garam dari asam yang berminyak.
Dalam teori dualistiknya, Barzelius berpendapat bahwa garam adalah gabungan antara asam dan basa. Asam dinyatakan sebagai senyawa yang terdiri atas radikal dengan oksigen, sedangkan basa adalah senyawa yang terdiri atas logam dan oksigen. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Berthollet pada tahun 1796, yaitu bahwa asam tidak harus mengandung oksigen. Sesuai dengan pendapat Berthollet, Davy menyatakan bahwa pada asam yang penting adalah unsure hydrogen bukan oksigen.
Untuk mempertemukan dua teori tersebut, Gay Lussac mengemukakan bahwa ada asam yang mengandung oksigen dan adapula yang tidak mengandung oksigen misalnya asam – asam halogen. Selanjutnyan muncul teori dari Arhenius yang menyatakan bahwa asam adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion – ion hydrogen. Sedangkan basa dinyatakan sebagai suatu senyawa yang dalam larutan dapat membentuk ion hidroksida.
Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh Johannes Nicolaus Bronsted pada tahun 1920 mengemukakan pendapatnya bahwa asam adalah senyawa yang dapat memberikan ion hydrogen atau proton kepada senyawa lain, sedangkan basa adalah senyawa yang dapat menerima ion hydrogen atau menerima proton. Berdasarkan teori Bronsted ini suatu senyawa dapat berlaku sebagai asam pada suatu reaksi dan berlaku sebagai basa pada reaksi yang lain, tergantung apakah senyawa tersebut memberikan proton atau menerima proton dalam reaksi – reaksi itu.
Teori yang serupa dikemukakan secara terpisah oleh Thomas Martin Lowry pada tahun 1923 pada waktu yang hamper bersamaan dengan penerbitan pendapat Bronsted. Oleh karenya teori tentang asam basa ini sering disebut sebagai teori Bronsted-Lowry.
Pada tahun 1923, konsep lain tentang asam basa dikemukakan pula oleh Gilbert Newton Lewis dalam bukunya yang berjudul “Valence and the Structure of atoms and Molecules” ia menyatakan bahwa reaksi asam basa ialah suatu reaksi yang melibatkan suatu molekul atau ion yang dapat memberikan satu pasang electron kepada molekul atau ion lain sehingga membentuk ikatan kovalen antara keduanya.
Pada akhir abad ke-18, Lavoiser membuktikan bahwa pada proses pembakaran yang terjadi bukan hilangnya flogiston tetapi bergabungnya oksigen dari udara dengan benda yang terbakar. Teori dari Lavoiser ini dapat diterima oleh para ahli kimia dank arena melibatkan oksigen meka proses pembakaran dinamakan proses oksidasi.
Reaksi – reaksi kimia dengan perpindahan electron dari satu atom kepada atom lain dinamakan reaksi reduksi. Konsep ini menyatakan bahwa reaksi oksidasi tidak harus melibatkan oksigen. Teori oksidasi reduksi berdasarkan teori flogiston dan teori electron ternyata mempunyai kemiripan. Pada teori flogiston, oksidasi ialah hilangnya flogiston. Sedangkan pada teori electron, oksidasi adalah keluarnya electron.

Ø  Perkembangan Kimia Organik
Pada abad ke-8, ahli kimia muslim telah mengenal senyawa – senyawa organic misalnya alcohol, asam cuka, minyak mawar, aldehida, dan mereka mampu memperolehnya dalam keadaan murni melalui proses destilasi.
Di Cina juga telah dikenal destilasi alcohol pada masa pemerintahan dinasti Thang, yaitu sekitar abad ke-9.
Pada tahun 1661, Boyle pernah melakukan destilasi kering terhadap kayu dan menghasilkan campuran metal aklohol dan aseton.
Antara tahun 1769 dan 1785, Scheele melakukan penelitian tentang senyawa – senyawa yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Ia dapat memperoleh asam tartrat dari buah anggur, asam sitrat dari lemon, asam malat dari buah apel, asam galat dari empedu, asam laktat dari susu, asam urat dari urin dan asam oksalat sebagai garam kalsium dari sejenis kayu.
Pada tahun 1800, Proust mempelajari cairan dari buah (juice) serta mengidentifikasi tiga jenis gula yaitu sukrosa, glukosa dan fruktosa. Henri Braconnot seorang ahli kimia Prancis juga memperoleh glukosa dengan cara memanaskan potongan – potongan kain dengan asam sulfat.
Pada tahun 1805, Friedrich Serturner berhasil mengisolasi suatu senyawa berbentuk Kristal dari opium. Senyawa ini disebut Morfin dan pada tahun 1816 ia menjelaskan lebih rinci bahwa senyawa ini mengandung unsure Nitrogen dan mempunyai sifat basa.
Pada tahun 1861, Colbe menemukan sintesis Koralin dari fenol dan berhasil membuat asam salisilat dari fenol dengan asam karbonat srta mempelajari sifat antiseptic dari senyawa tersebut. Kolbe juga melakukan eksperimen penguraian asam organic oleh elektrolisis reaksi sianogen dengan alcohol dan sintesis kakodil.
Pada tahun1862 Berthelot berhasil mensitesis melakukan sintetsis astelina dengan mengalirksn gas hydrogen melalui bunga api listrik yang dihasilkan oleh elktroda karbon. Pada tahun 1866 ia pun berhasil membuat benzene dari asetilena yang dialirkan melalui tabung yang dipanaskan. Selanjutnya ia berhasil membuat metal alcohol dan etil alcohol.

Ø  Perkembangan Kimia Analitik
Friedrich Hoffmann pada awal abad ke-18 telah berupaya untuk menyempurnakan metode analisis dan telah melakukan analisis terhadap kandungan air mineral. Demikian pula Bergmantelah menemukan cara pengendapan kalsium yang bercampur dengan magnesium, yakni dengan penambahan oksalat. Ia mengembangkan “blowpipe analysis” untuk mengidentifikasi unsure-unsur melalui warna yang terjadi diberikan nyala api yang ditiupkan kepada sampel yang diperiksa. Bergman disebut juga sebagai Bapak Kimia Analitik.
Analisis kuantitatif telah dikembangkan oleh Lavoiser pada abad ke-18 untuk mengetahui kadar unsure karbon dan hydrogen pada senyawa organic. Analisis kunatitatif ini dikembangkan pula oleh Jeremias Benjamin Richter pada akhir abad ke -18 dengan mengemukakan dasar-dasar stokiometri. Kemudian abad  ke-19 Gay Lussac menperkenalkan metode volumetric, yakni alsidi dan alkali metri serta tittrasi garam perak.
Pada tahun 1903 Tswett mengembangkan kromatografi, ia memisahkan beberapa zat warna tumbuhan dengan jalan menuangkan larutannya ke dalam suatu kolom yang berisi absorben padat.

Ø  Perkembangan Biokimia
Pada tahun 1779 Jan Ingen Housz membuktikan bahwa tumbuhan
Hijau dapat juga mencemari udara di malam hari atau dalam keadaan gelap. Ia menunjukkan bahwa tumbuhan menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen apabila dikenai cahaya, sedangkan dalam keadaan gelap atau malam hari tumbuhan menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida seperti pada pernafasan hewan. Penemuan tentang tumbuhan ini menjadi tahap awal yang penting dalam pemahaman proses fotosintesis.
Pada tahun 1842 Mayer menerbitkan tulisannya yang memberikan kesimpulan bahwa cahaya matahari memberikan energy untuk membentuk hasil-hasil fotosintesis. Ia juga berpendapat bahwa tumbuhan dapat mengubah energi cahaya menjadi energi kimia.
William Prout pada tahun 1834 menyatakan bahwa makanan terdiri atas tiga kelompok zat yang esensial yaitu sakarida, lemak dan albuminoid. Istilah protein dalam albuminoid diperkenalkan oleh Gerardus Mulder, seorang ahli kimia Belanda. Liebig menyatakan bahwa makanan itu mempunyai dua fungsi fisiologi yaitu fungsi pemberi energy dan fungsi penggantian sel dan pembentuk jaringan dalam tubuh. Karbohidrat dan lemak berfungsi memberi energi yany diperlukan oleh tubuh, sedangkan protein digunakan untuk pembentukan jaringan.
Pada tahun 1912 Hopkin memperkenalkan konsep factor makanan tambahan (accessory food factor), selain makanan yang mengandung energy, dan protein atau mineral. Ia berhasil menemukan asam amino esensial dan faktor makanan tambahan. Ia juga berhasil mengisolasi triptopan dan glutation serta melakukan penelitian mengenai asam laktat serta kaitannya dengan fungsi otot. Oleh Funk factor makan tambahan ini dinamakan “vitamine” karena dianggap bahwa senyawa-senyawa tersebut termasuk kelompok amina dan merupakan senyawa penting bagi kehidupan. Oleh karena kemudian ternyata bahwa tidak semua senyawa tersebut berupa amina, maka atas anjuran dari Jack C. Drummond istilah tersebut diubah menjadi “vitamin”.
            Pada tahun 1887, Christian eijkmen melakukan sebuah penelitian dan mengamati bahwa beberapa ekor ayam yang diberi makan dengan beras sosoh yaitu beras yang sudah dibersihkan sehingga hilang selaputnya, menyebabkan gejala polyneuritis. Gejala ini hilang apabila ayam – ayam ini diberi makan dengan beras pecah kulit atau beras tumbuk, yaitu beras yang masih berselaput. Faktor polyneuritis yang ada pada beras itu kini dikenal dengan vitamin B1.
            Sekitar tahun 1830-an, Liebig menyatakan bahwa proses peragian atau fermentasi adalah proses penguraian sakarida. Diantara ragi – ragi yang telah diidentifikasikan pada waktu itu ialah diastase, pepsin dan emulsion. Diastase berperan dalam proses hidrolisis pati. Pepsin berperan dalam proses hidrolisis protein sedangkan emulsion sebagai pengurai amigladin.
Pada tahun 1860, Pasteur membuat kesimpulan bahwa proses fermentasi tidak mungkin berlangsung tanpa adanya sel ragi yang hidup. Pasteur dianggap sebagai pelopor dalam bidang mikrobiologi karena penemuannya mengenai bakteri dalam fermentasi. Ia menemukan bahwa mikroorganisme dalam ragi menybabkan terjadinya alcohol dari peruses fermentasi gula, demikian pula terjadinya asam cuka dari alcohol serta yang menyebabkan rusaknya mentega. Ia juga menyatakan bahwa unutuk tiap jenis fermentasi tertentu diperlukan mikroba tertentu pula. Ia melakukan eksperimen untuk mematikan bakteri yang terdapat dalam zat cair misalnya susu, dengan jalan pemanasan pada suhu tertentu dalam waktu tertentu. Proses ini selanjutnya dikenal dengan nama “pasteurisasi”, yaitu proses pemanasan suatu zat pada suhu 73c selama 30 menit.
            Berbeda dengan Pasteur, pada tahun 1858 Traube menyatakan bahwa fermentasi itu disebabkan oleh fermen yang terlarrut misalnya pepsin dalam cairan lambung atau diastase dalam jelai (malt).
            Pada tahun 1897, Buchner berhasil membuktikan bahwa filtrate dari sel ragi yang dihancurkan dan disaring dapat digunakan dalam proses fermentasi gula menjadi alcohol. Adapun zat aktif dalam filtrate yang diperoleh Bruchner pada eksperimen tersebut dinamakan “zymase” yang kemudian sama dengan  apa yang disebut enzim oleh kuhne.
            Pada tahun 1904 Harden dan Young berhasil mengisolasi koenzim dari cairan ragi, yang merupakan senyawa penting dalam proses fermentasi selain enzim.
            Otto fritz Meyerhof melakukan penelitian tentang metabolism dalam sel otot membuktikan bahwa asam laktat yang terjadi dalam sel tersebut berasal dari penguraian glikogen. Sedangkan dalam keadaan istirahat asam laktat bergabung dengan oksigen hingga dapat terbentuk glikogen kembali.
            Pada tahun 1962 Sumner berhasil memperoleh Kristal urease, yakni enzim yang menguraikan urea menjadi ammonia dan karbindioksida dan membuktikan bahwa enzim tersebut adalah protein. Pendapat ini diperkuat oleh Northrop dan Kunitz yang juga memperoleh Kristal beberapa jenis enzim termasuk urease, pepsin, dan tripsin serta menyatakan bahwa enzim – enzim itu adalah protein.
            Pada tahun 1940, Otto Heinrich Warburg berhasil mengidentifikasikan suatu enzim sebagai derivate besi porfirin. Ia juga menemukan enzim – enzim lain yang berperan dalam respirasi sel.
            Pada tahun 1960 para ahli biokimia telah berhasil menemukan lebih dari 75 jenis enzim dalam bentuk Kristal dan telah membuktikan bahwa enzim – enzim itu adalah protein. Kemajuan yang penting yang memberikan sumbangan besar bagi perkembangan struktur enzim adalah penemuan metode untuk menentukan urutan asam amino dalam moleku protein serta penemuan dtruktur tiga dimensi protein dengan analisis difraksi sinar-X. enzim pertama yang berhasil ditentukan urutan asam aminonya adalah ribonuklease.
            Sebagai kelanjutan dari penemuan enzim dalam berbagai reaksi biokimia, beberapa ahli biokimia melakukan penelitian mengenai peranan oksigen dalam metabolism karbohidrat dalam sel yang kemudian dikenal dengan sebutan respirasi sel.
            Pada tahun 1937 Albert szent-Gyorgyi melakukan penelitian dengan proses pembakaran dalam system biologi dengan perhatian khusus terhadap vitamin C serta asam fumarat sebagai katalis. Penelitian terhadap vitamin C ini telah dilakukannya sejak tahun 1930 dan ia telah berhasil mengisolasi suatu senyawa dari sari buah jeruk, dari kobis dan juga dari adrenal cortex. Senyawa itu adalah asam askorbat atau vitamin C.
            Pada tahun 1869 Friedrich Mieschar menemukan DNA.ia menyatakan bahwa masalah pokok kehidupan manusia dapat diselesaikan dengan mempelajari sel – sel dan tubuh manusia secara kimia. Sebagai bahan penelitiannya ia menggunakan sel – sel dalam nanah yang terdapat dalam pembalut yang diperolehnya dari bagian bedah disebelah laboratoriumnya, dengan menggunakan asam encer ia melarutkan sebagian besar sel – sel, sehingga tinggal inti sel dengan sedikit protein yang terikat pada inti tersebut. Dengan penambahan enzim pemecah protein ia memperoleh inti sel dan dengan cara ekstraksi ia memperoleh suatu zat yang belum dikenalnya. Zat tersebut dapat larut dalam alkali tetapi tidak larut dalam asam, dan karena ia tidak dapat mengidentifikasi ecara kimia maka zat tersebut dinamakan “nuclein”. Sebenarnya nuclein yang diperoleh itu adalah campuran zat – zat yang mengandung 30% DNA.

2.5 Keunggulan Pendekatan Sejarah
Ilmu kimia tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen – eksperimen yang telah dilakukan oleh ilmuwan kimia. Untuk mengikuti perkembangan ilmu kimia yang sangat pesat, belajar sejarah kimia merupakan kegiatan yang membantu untuk pembentukan pengetahuan kimia berdasarkan penemuan – penemuan terdahulu.
Dari pendekatan sejarah, siswa dapat mengembangkan pikirannya untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang telah dilakukan ilmuwan terdahulu. Selain itu, siswa dapat mengambil teladan tentang keuletan dan ketekunan  dari ilmuwan dalam melakukan penelitian dan adanya keinginan untuk meju walawpun banyak rintangan dan hambatan dalam hidupnya.

2.6 Kelemahan Pendekatan Sejarah
Penggunan secara berlebihan dapat mengakibatkan siswa terlalu berpandangan kebelakang, sehingga dapat menghambat imajinasi untuk pengembangan ilmu kimia dimasa yang akan datang.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merencanakan pembelajaran dengan pendekatan sejarah:
  • Sejarah yang akan diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan lengkap
  • Sejarah yang akan disampaikan harus sesuai dengan materi yang disampaikan
  • Guru harus kaya bacaan tentang sejarah ditemukannya konsep – konsep kimia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting.
Pendekatan sejarah menjelaskan dari segi mana kajian sejarah hendak dilakukan, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkannya, dan lain sebagainya. Deskripsi dan rekonstruksi yang diperoleh akan banyak ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipergunakan. Pengetahuan akan sejarah meliputi kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berfikir secara historis.

3.2 Saran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penyusun mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1.      Hendaknya para calon tenaga didik yang akan terjun kedunia pekerjaannya telah menguasai apa itu pendekatan sejarah. Dengan demikian, siswa – siswa akan tertarik mengikuti pembelajaran karena mengetahuai asal mula segala sesuatu,
2.      Dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, pendekatan sejarah ini sangat penting agar siswa terpacu untuk belajar dan menemukan sesuatu seperti para ahli yang terdahulu.

DAFTAR PUSTAKA
Soemodimejo, Poedjadi dan Anna Poedjadi. 2001. Kimia dari Zaman ke Zaman.
          Bandung: Yayasan Cendrawasih.
Wahyu, Wawan M. Pd., dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung:
          Jurusan Pendidikan Kimia UPI.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Tanggal percobaan : 16 april 2010 PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETER UV-VIS   A.     Tujuan 1.     Menentukan kadar Fe(II) dalam sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. 2.     Dapat mengoperasikan alat spektrofotometer UV-VIS                                                         B.      Tinjauan Pustaka Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual dalam studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia, memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam perincian dan pengukuran kuantitatif. Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya panjang gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam sua

Isu – isu yang terkait dengan layanan Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai alat untuk memimpin umat manusia yang semakin bertambah jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan sesuai dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal adanya Bimbingan dan Konseling dalam kehidupan sehari-hari, maka akan kesulitan menentukan tugas – tugas perkembangan, memecahkan masalah dan menentukan rencana hidup untuk masa yang akan datang guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik. B.  Pembatasan Masalah Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalahnya sebagai berikut: a.  Pengertian dan fungsi layanan Bimbingan dan Konseling. b.  Jenis – jenis Bimbingan dan Konseling. c. Tujuan diberikannya layanan Bimbingan dan Konseling. C.   Tujuan Penulisan Makalah

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Karbohidrat dalam Air Tebu

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KARBOHIDRAT DALAM AIR TEBU Tanggal Praktikum: Awal: 7 oktober 2010 Selesai: 14 oktober 2010 A.       Tujuan 1.       Memahami sifat-sifat kimia karbohidrat 2.       Mengidentifikasi jenis karbohidrat dalam air tebu 3.       Menentukan kadar karbohidrat yang terdapat dalam sampel bahan alam yaitu air tebu dengan menggunakan metode Luff Schoorl B.        Dasar teori Karbohidrat merupakan senyawa polihidroksiketon atau polihidroksialdehid yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat sangatlah beragam sifatnya. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat adalah tipe molekulnya. Berbagai senyawa yang termasuk karbohidrat mempunyai berat molekul yang berbeda yaitu dari senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga 50.000 bahkan lebih.   Berbagai senyawa tersebut digolongkan menjadi tiga golongan yaitu golongan monosakarida, disakarida dan polisakarida.   Monosakarida     Monosakarida adalah karboh